Kamis, 20 November 2014

Ditetapkan Rp 2,9 Juta, Upah Minimum Bekasi 2015 Lebih Tinggi dari Bandung


//images.detik.com/content/2014/11/20/4/191421_uang.jpg
Belakangan ini bekasi seringkali diolok olok oleh pengguna media sosial. tapi saya sendir belum tau jelas mengapa bekasi sering dijadikan bahan candaan. mungkin karena bekasi terlalu jauh dari jabodetabek ata bekasi yang udaranya panas? entahla.. 
tapi ternyata sisi positifnya upah Minimum Kota (UMK) Bekasi 2015, Jawa Barat (Jabar) ditetapkan Rp 2,9 juta. Angka ini lebih tinggi dari UMK Bandung, sebagai ibu kota provinsi Jabar.

"Jawa Barat beda ya sama DKI Jakarta, kalau Jakarta satu angka, kalau kita 27 angka, beragam," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (20/11/2014).

Pria yang akrab disapa Aher ini belum mau mengungkap secara rinci berapa Upah Minimum Provoinsi (UMP) Jawa Barat pada 2015, karena belum resmi diumumkan.

"Ya ada yang tiga koma sekian (Rp 3 juta lebih), beragam ya, dari Rp 1 juta-Rp 3 juta, besok (Jumat) deh kita umumkan, kan belum resmi takutnya dimenit terakhir bisa berubah, selain itu masih ada Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota yang saat ini masih bersidang," ujarnya

Jadi intinya jangan dengan mudah memperolok sesuatu tanpa alasan yang jelas, belum tentu kita mempunyai kelebihan dibalik itu.

Derita Petani Gara-gara Irigasi Rusak, Beralih Jadi Tukang Jahit Hingga Nganggur


//images.detik.com/content/2014/11/20/4/183010_irigasi1.jpgBelakangan ini ketergantungan para petani di Pantai Utara (Pantura) Jawa seperti di Pekalongan terhadap irigasi sangat tinggi. Sehingga bila ada irigasi rusak sampai tak mengairi sawah mereka, maka dampaknya sangat terasa sampai kehilangan pekerjaan.

Misalnya sistem irigasi di Bendung Simbang di Dukuh Simbang, Desa Kalimojosari, Doro, Pekalongan (Jawa Tengah). Sejak 4 Januari 2011, bendung ini jebol karena banjir namun kini proses perbaikannya belum tuntas. Akibatnya ratusan hektar sawah di beberapa kecamatan di Pakalongan seluas 602 hektar tak mendapatkan air dari irigasi.

Seorang petani bernama Kudun (45 tahun) mencurahkan perasaannya soal sawahnya yang tak terairi air gara-gara irigasi yang kering. Petani asal Kecamatan Kedungwuni ini berharap pemerintah bisa segera memperbaiki bendung yang rusak, sehingga dirinya dan sesama petani lainnya menanam padi lagi.

"Kering udah hampir 3 tahun. Ambruk, benteng-benteng bendung jadi rusak sampai sudah diperbaiki tapi belum selesai. Selama 3 tahun nggak bisa ditanami," keluh Kudun di Pekalongan, Kamis (20/11/2014)

Menurutnya penderitaan petani semakin terasa setelah harga BBM naik, ia beralasan semenjak bendung rusak, kegiatannya sebagai petani nyaris berhenti tanpa penghasilan.Sementara itu, petani lainnya bernam Suriah mengakui hal yang sama. Kini banyak rekannya yang tak lagi bercocok tanam harus beralih profesi seperti menjadi penjahit, bahkan tak sedikit yang menganggur.

"Usaha lain, jahit pakaian, itu kalau yang muda. Tapi kalau yang tua di rumah ngaggur, paling minta anaknya," kata Suriah.

Ia berhatap selain perbaikan irigasi, pemerintah bisa memberikan pupuk yang bagus hingga bantuan pupuk. Suriah berpesan agar subsidi pupuk tak dihapus, apalagi saat ini sudah ada kenaikan harga BBM.

"Ya nambah susahlah petani ini. Bendungannya nggak ada jadi kering semua susah kita buat nanamnya," kata Suriah.

Sungguh memprihatinkan kondisi diatas,seharusnya pemerintah lebih peka terhadap masalah rakyat kecil tersebut.

Rabu, 19 November 2014

Naiknya Suku Bunga di Bank Indonesia

Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menimbulkan tanda tanya bagi sebagian pelaku usaha dan pengamat ekonomi. 

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah dalam paparannya menyatakan Menurut BI, langkah tersebut diambil sebagai upaya meyakinkan pasar, bahwa BI tidak lalai dalam menanggapi kondisi perekonomian. "Kenaikan 25 basis poin hanya sinyal saja," ujar Halim, Rabu (19/11/2014).

Halim menjabarkan bahwa naiknya suku bunga acuan sebesar 25 basis poin itu hanya semacam penanda untuk menyatakan bahwa Bank Indonesia sudah mengantisipasi risiko yang akan dihadapi perekonomian Indonesia. Risiko-risiko yang dimaksud Halim antara lain inflasi, defisit neraca berjalan, serta risiko fiskal.

"Peningkatan BI Rate cuma 25 basis poin (dari 7,50 persen menjadi 7,75 persen). Itu hanya sinyal untuk memberikan confidencepada pasar bahwa sebetulnya risiko-risiko yang dihadapi ekonomi Indonesia sudah dilihat Bank Indonesia. Apa saja, inflasi, risiko defisit current account yang kelihatannya akan menjadi lebih baik, dan juga risiko fiskal," ujar Halim.

Menurut Halim, kondisi fiskal sudah ditangani dengan baik oleh pemerintah. Lewat pengalihan subsidi bahan bakar minyak, pemerintah punya dana yang cukup besar. Dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang lebih produktif ketimbang subsidi konsumtif. 

"Risikonya sudah bisa diprediksi, dilihat, dan diperhitungkan dengan lebih cepat dari awal, sehingga membuat pasar pasti melakukan hitung-hitungan dengan baik sehingga mereka yakin," ujar Halim.

BBM naik menjadi 8500

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa harga BBM sudah naik ke angka 8,500 rupiah per liter untuk bensin premium dan 7,500 rupiah untuk solar.

Berbeda dengan proses kenaikan BBM di era SBY, di pemerintahan Jokowi jumlah pro dan kontra nyaris sebanding. Dinamika partai politik pengusungpun tak sepenuhnya bulat mendukung kenaikan. Entah apakah by design atau memang murni aspirasi pribadi, beberapa politisi pendukung Jokowi menyuarakan menolak kenaikan.

Atmosfir pilpres masih kental seolah kampanye belum usai. Pendukung Jokowi hampir semuanya mendukung kenaikan BBM, sementara yang tidak memilih Jokowi pada pilpres lalu punya kesempatan untuk menyindir atau nyinyir, sekedar menyampaikan kekesalan pada rekan-rekan pendukung Jokowi.

Di balik drama kenaikan BBM ini, ada bumbu penyedap berupa isu yang membentuk opini publik bahwa sebenarnya pemerintah tidak perlu menaikkan BBM.

Wakil mentri keuangan Malaysia, Ahmad Maslan diberitakan oleh banyak media di Indonesia terkait komentarnya, bahwa beliau akan mengemukakan rencana penurunan harga BBM.

Sontak berita tersebut disambut meriah, mungkin karena kita terlalu sering mendengar berita negatif jika berhubungan dengan Malaysia. Entah berita tersebut benar atau tidak atau apakah ada berita yang disampaikan sepotong, namun yang jelas jauh sebelum berita ini mencuat, 'rakyat oposisi' di Malaysia sudah memprotes dan menuntut penurunan harga BBM.

Namun perdana mentri Najib Tun Razak seolah tidak mendengar pertanyaan tersebut dan mentri perdagangan dalam negeri, Hasan Malek menyatakan tidak bisa menurunkan harga BBM. Harga RM 2.30 (8,500 rupiah) akan tetap berlaku setidaknya sampai Juni 2015. Jadi sebenarnya komentar Ahmad Maslan terlalu didramatisir oleh media dalam negeri dengan judul "Malaysia bersiap turunkan BBM". Padahal kalau mau jujur, komentarnya tak beda jauh dengan politisi pendukung Jokowi yang menolak kenaikan BBM.

Persis seperti saat Jokowi masih sedang kampanye, Perdana Mentri Malaysia memang tidak bisa menjanjikan BBM turun meski rakyat pendukungnya banyak menginginkan hal tersebut. Malah Najib Tun Razak secara terbuka menyampaikan akan menaikkan harga BBM secara bertahap 20 sen setiap 6 bulan sekali. Walaupun sainganya Anwar Ibrahim sudah dengan berani menyatakan "hari ini partai oposisi menang, besok BBM dan tol turun" tetap saja tidak bisa mengalahkan partai pemerintah dan Najib tun Razak secara otomatis tetap menjadi Perdana Mentri Malaysia.

Ini berbeda dengan Prabowo yang tetap rasional saat kampanye. Beliau juga sempat menyatakan akan menaikkan harga BBM di atas 10,000 bahkan beberapa media mencatat 12,000 rupiah sebagai angka ideal. Tapi saat Jokowi menaikkan harga BBM menjadi 8,500, masyarakat yang tidak mendukungnya seolah lupa bahwa siapapun yang jadi presiden, menaikkan BBM adalah keniscayaan di negara importir.

Politik tanah air yang sedemikian dinamis menimbulkan banyak polemik. Mungkin kita juga masih ingat ketika banyak 'orang atas' menginginkan SBY untuk menaikkan harga BBM. Tentu dengan bebagai alasan. Namun SBY dengan gagahnya menolak dan bahkan seolah 'memprovokasi publik' bahwa ada intervensi dari kalangan luar istana.

Kejadian tersebut menjadi menarik karena Malaysia menaikkan harga BBM pada 2 Oktober lalu. Mungkin ini juga enggan dibahas oleh media kita, karena hanya ingin memberitakan sesuatu yang bombastis dan terkesan membodohi. Malaysia justru menaikkan BBM saat harga minyak dunia sedang dalam tren menurun secara berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir.

Beban menjadi rakyat Malaysia tidak hanya 'hadiah buruk' kenaikan BBM, karena tidak lama sebelum menaikkan BBM Perdana Mentri Malaysia menetapkan bahwa GST 6% (Goods and Services Tax) akan diberlakukan pada April 2015. Sedikit tentang GST, barang-barang yang terlibat tentunya adalah RON95, Diesel, LPG, listrik di atas 300kwh, buah lokal dan impor, roti, teh, kopi, mie, 30 jenis penyakit dan bahkan koran serta media.

Jika difahami secara menyeluruh, selain berencana terus menaikkan BBM Malaysia juga berencana meningkatkan pendapatan negara melalui GST. Berhubung rencana pemerintah Malaysia menetapkan harga BBM RM 2.30 (8,500 rupiah) sampai Juni 2015 maka memang ada kemungkinan BBM kembali dinaikkan menjadi RM 2.50, 2 bulan setelah GST diberlakukan. Jadi selain kenaikan harga barang pokok yang termasuk dalam GST, pemerintah Malaysia masih ada kemungkinan kembali mengurangi subsidi BBMnya yang secara 'adat' akan menaikkan harga barang.

Dari kalkulasi sederhana, bisa kita lihat sebenarnya Malaysia juga kewalahan untuk menaikkan harga BBM. Namun karena ingin ada variasi, kemudian diberlakukanlah GST. Meskipun rencana ini sudah direncanakan akan berlaku sejak 2011, namun baru bisa dilaksanakan pada 2015. Ya ini hanya logika pribadi saya saja.

Keputusan pemerintahan Jokowi menaikkan BBM saat ini justru sebenarnya adalah keputusan yang terlambat. Meski memang keputusan SBY tetap menahan agar BBM tidak naik di akhir jabatanya juga tidak bisa dibilang kesalahan. Secara psikologi, hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas emosi masyarakat karena selain masa pilpres, karena saat itu kita sedang menyambut hari besar idul fitri dan tahun ajaran baru. Tapi menarik untuk menyimak pernyataan Faisal Bashri bahwa dalam 9 tahun terakhir subsdidi BBM kita lebih besar dari defisit APBN. Secara tidak langsung bisa dikatakan subsidi BBM kita didapat dari hutang pemerintah. Bisa dibaca pada tulisanya berjudul "memaknai tim pemberantasan mafia migas" di kompasiana.

Dukungan dan harapan rakyat yang sangat besar terhadap Jokowi bisa dijadikan alasan mengapa seolah pemerintah terburu-buru menaikkan BBM, padahal mereka baru saja menjabat. Selain faktor psikologis, pastinya ada 'hitung-hitungan' berupa angka-angka yang bisa membuat tulisan ini menjadi beberapa episode. Tapi sebelum kita sama-sama pusing dan harus membuka buku-buki tebal, saya akan coba menjelaskan sesederhana mungkin mengapa BBM justru naik padahal harga minyak dunia turun? Pertanyaan ini juga banyak diperbincangkan oleh rakyat Malaysia yang sayangnya mereka lebih suka menghujat daripada berpikir. Ya sama lah seperti kita.

Jelas kita tidak bisa mengabaikan harga minyak dunia yang turun, meski sebagian pendukung Jokowi terkesan acuh dengan dalih bahwa harga minyak dunia bukanlah harga BBM di negeri ini, karena saat ini kita disubsidi. Kalau kata bung Rhoma, gali lobang tutup lobang. Walau bagaimanapun sejarah mencatat harga minyak dunia tersebut selalu menjadi alasan -atau katakanlah kambing hitam- dari naiknya harga BBM dalam negeri. 

Sabtu, 15 November 2014

YAYASAN SAYAP IBU

Di penulisan kali ini saya akan membahas tentang suatu oragnisasi non profit,alias organisasi yang tidak mencari keuntungan selama berjalannya organisasi tersebut. dan biasanya organisasi tersebut menerima sumbangan dari donatur. kali ini saya akan bahas Yayasan Sayap Ibu
Kita sering mendapati bayi dibuang, atau anak yang diterlantarkan orangtuanya. Kebanyakan dari kita mungkin hanya merasa iba, tanpa berbuat apa-apa. Berbeda dengan 2 orang ibu yang luar biasa ini, yaitu Condrowati Subianto dan Rincipto Winoto, yang saat ini aktif di Yayasan Sayap Ibu, sebuah yayasan/panti yang menampung dan mengasuh anak-anak terlantar.
Yayasan Sayap Ibu berdiri sejak tahun 1955, didirikan oleh istri pahlawan nasional Bung Tomo, yang saat itu merasa prihatin dengan kondisi di sekitar tempat  tinggalnya. Saat itu di sekitar pasar banyak ibu-ibu yang berjualan di pasar sambil membawa anak terutama bayi mereka. Pengasuhan anak seperti itu dinilai sangat tidak baik. Akhirnya, beliau mendirikan tempat penitipan bayi.
Keterlibatan Condrowati Subianto dan Rincipto Winoto di Yayasan Sayap Ibu, berangkat dari rasa peduli dengan keadaan di sekitarnya, dan tentu saja panggilan kasih sayang seorang ibu. Melihat keberadaan yayasan yang mengasuh anak-anak terlantar, mereka merasa terpanggil untuk membantu. “Dalam hidup ini kita harus memberi manfaat kepada orang lain. Meski sedikit, kami ingin menyumbangkan sesuatu, karena anak-anak itu membutuhkan uluran tangan”, demikian penutuan kedua ibu tersebut.
Sudah ribuan anak yang pernah tinggal di Yayasan Sayap Ibu. Sementara saat ini ada 35 anak. Cerita tentang anak-anak itu beragam. Ada yang diletakkan di depan pintu yayasan, ada yang diletakkan di bawah meja, ada yang ditemukan di tempat sampah, atau diserahkan sendiri oleh ibunya.
Untuk membiayai kebutuhan anak-anak di panti, pihak yayasan mengusahakan sendiri dananya. Bersyukur ada bantuan dari pemerintah berupa subsidi meski jumlahnya tidak besar. Selain itu ada pula donatur, baik pribadi, instansi maupun organisasi.
SEJARAH·         Tahun 1955 penelantaran anak dan pembuangan bayi-bayi di Jakarta, baik yang ditinggal di Rumah Sakit maupun yang kemudian ditemukan di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya semakin banyak. Keadaan inilah yang kemudian mendorong beberapa ibu antara lain, Ny. Sutomo, Ny. Soekardi, Ny. Garland Soenaryo mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Sayap Ibu (YSI). Yayasan Sayap Ibu didirikan pada Tanggal 30 September 1955 oleh ibu Hj. Sulistina Sutomo, istri dari Bung Tomo yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Sosial.
Lembaga ini diserahkan di bawah pengawasan BKKKS (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) yang diketuai oleh Ibu Nasution. Dalam kepengurusan baru, Ibu Nasution menjabat sebagai Pembina, sedangkan Ketua dijabat oleh Ibu Ciptaningsih Utaryo.
Awalnya YSI bertujuan menolong anak-anak Batita (Bawah Tiga Tahun), anak-anak tersebut dirawat sambil dicarikan keluarga angkat. Untuk kegiatan saat itu dana dibantu oleh Women International Club, dan kemudian Pemerintah Daerah turut serta di dalamnya.
·         Tahun 1968 dalam perkembangannya YSI melakukan restrukturalisasi dan menempatkan diri dibawah Badan Pembina Kegiatan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta yang diketuai oleh Ny. J. S. Nasution. Dalam pengasuhan dan perawatan anak, kriteria anak ditingkatkan menjadi usia 0 – 5 tahun.
Dalam perjalanannya, Yayasan Sayap Ibu sempat mengalami masalah keuangan sehingga harus dihentikan untuk sementara pada tahun 1968 ini. Namun berkat tekad kuat para Ibu, terutama Ibu J.S Nasution, Yayasan Sayap Ibu dapat berjalan kembali dan terus berkembang besar.
·         Tahun 1976, sebagai akibat banyaknya adopsi anak oleh Warga Negara Asing yang dilakukan hanya dengan akte notaris saja sehingga jual beli anak semakin marak, maka Gurbernur DKI Jakarta Alm. Bapak Ali Sadikin, mengeluarkan izin mengakui Badan Konsultasi Pengangkatan Anak YSI sebagai Lembaga resmi. Kemudian disusul dengan dikeluarkannya Surat Edaran dari Departemen Kehakiman No. JHAI/1/2 tahun 1978 tentang Prosedur Pengangkatan Anak WNI oleh WNA yang menentukan bahwa Notaris tidak boleh membuat Akte adopsi anak WNI oleh WNA harus dilaksanakan dengan Penetapan Pengadilan dan Mahkamah Agung dengan Surat Edaran No.2 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983 tentang Prosedur Pengangkatan Anak WNI oleh WNA dan anak WNA oleh WNI.
·         Tahun 1978 Ny. J.S. Nasution, sebagai Ketua YSI Pusat membentuk 2 (dua) cabang yaitu YSI Cabang Jakarta dengan Ketua Ny. Moch. Said dan YSI Cabang Yogyakarta dengan Ketua Ny. C. Utaryo.
·         Tahun 1979 dengan semakin meningkatnya jumlah anak terlantar yang harus dirawat di Yayasan Sayap Ibu, gedung YSI di jalan Barito dibangun kembali oleh Gurbernur DKI Jakarta menjadi 2 (dua) lantai. Dan hingga saat ini merupakan tempat perawatan anak Balita terlantar baik yang normal ataupun cacat.
·         Tahun 1981 Departemen Sosial, melalui Peraturan Pemerintah No.13 tentang Organisasi Sosial yang dapat Menyelenggarakan Usaha Penyantunan Anak Terlantar (termasuk melaksanakan Pengangkatan Anak), ada 5 (lima) organisasi salah satunya adalah Yayasan Sayap Ibu.
·         Hingga saat ini… Yayasan Sayap Ibu terus konsisten dalam menjalankan VISI dan MISInya demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih baik.

 VISI & MISI

Visi

Bahwa anak adalah amanah yang berhak akan perawatan dan perlindungan sejak semasa dalam kandungan dan sesudah dilahirkan.

Misi

Melaksanakan usaha kesejahteraan Anak yang Holistic Terpadu dan Berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya yang bertujuan menolong Anak-anak Balita yang :
-Tidak ada orang tua/ wali yang merawatnya
-Tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya
-Orang tua/ walinya tidak mau merawatnya
-Terlantar



TAHU JELETOT yang HOT

Kali ini saya akan membahas UKM (Usaha Kecil Menengah). mungkin bagi anda yang tinggal di kawasan Jabodetabek udah gak asing lagi niih sama jajanan yang namanya tahu jeletot.Ya, Tahu Jeletot adalah tahu goreng yang berisi irisan kol dan wortel. Terkadang ada juga yang menambahkan bihun, tauge dan daun bawang di dalamnya.
Nah, berbeda dengan tahu isi biasa, di Depok ada Tahu Jeletot Taisi alias Tahu isi super pedas yang saat ini sedang digemari. Tahu pedas ini juga berisi kol dan wortel. Namun istimewanya, ada rasa gurih dan sangat pedas di dalamnya karena ditambahkan cabai yang digiling. Tepung untuk membalut tahunya pun terasa gurih dan pedas karena diberi cabai.udah gitu harganya dijamin sangat terjangkau hanya Rp 2000,00
rudi tahu jeletotTak sulit mendapatkan tahu ini, jika kebetulan sedang melewati jalan raya Sawangan, Depok, pasti akan bertemu para penjual tahu pedas ini.
Menurut Rudi (33) nama panggilan, penjual tahu pedas di Indomaret Bukit Rivaria, sudah hampir setahun ia menjual makanan ringan ini. Awalnya, ia menjualnya di kawasan Perumnas Depok I yaitu di jalan Pipit Raya. Jualannya laku keras, bahkan dalam sehari bisa ludes hingga 400 pcs tahu.
Berawal sebagai Sales Manager di salah satu Bank Asing terkenal, Rudi lalu berubah haluan yaitu menjadi pengusaha tahu pedas. Pasalnya, Depok adalah salah satu pusat jajanan di daerah Jabodetabek. Semua ada di sini, jadi kenapa saya enggak jual makanan saja? Kebetulan saya sudah menjalankan usaha kuliner juga yang saya beli secara franchise dari daerah Jawa Tengah, papar Rudi yang membeli franchise itu seharga Rp 30 juta.
Resep yang ia gunakan rasanya memang gurih, pedas dan mantap. Itu ia dapatkan setelah uji coba selama 1 bulan di rumah dgn menjual ke teman-teman dan sesuai pesanan dan 1 bulan lagi proses penyempurnaan pada saat penjualan di kios pada bulan pertama, barulah ia mendapatkan resep yang pas dan cocok di lidah para pelanggannya.
Sampai sekarang resep rahasia ini adalah salah satu kunci utama kesuksesan usaha ini, ujar Rudi yang kini sudah membuka cabang di 5 tempat dan 20 mitra karena pembelinya kian berjubel.Rudi berjualan tahu pada jam 12.00 – 21.00. Saya bikin bumbunya pagi hari, jadi baru bisa berjualan siang hari. Tahu ini juga hanya bertahan 1 hari karena saya sama sekali tidak memakai bahan pengawet. Tahu yang dipakai Rudi adalah tahu khusus yang ia buat di pabrik tahu yang terkenal enak di Depok, dan tahu ini tidak dijual di pasaran, dia memproduksi tahu hanya sesuai pesanan.
Di dalamnya saya isi irisan kol dan wortel, dan bumbu cabai rawit merah. Tahu yang sudah diisi, saya masukkan ke adonan tepung terigu yang sudah diberi bumbu juga. Jadi, rasanya benar-benar gurih dan super pedas, tutur Rudi yang menamakan gorengan tahunya yaitu “Tahu Jeletot Taisi”.Saking lakunya, Rudi pun mulai membuka sistem kemitraan atau waralaba, yang kini sudah ada 25 cabang. Dengan nilai investasi Rp. 10 juta, pembeli waralaba Tahu Jeletot Taisi sudah dapat booth berupa gerobak aluminium, bahan baku dan perabotan lengkap (siap jualan). Pewaralaba bisa balik modal kurang lebih 2-3 bulan, papar Rudi yang kini sudah memiliki karyawan 30 orang.
Menurut Rudi, jika ingin berbisnis, harus selalu inovatif dan kuat mental serta mempunyai semangat baja dan pantang menyerah. Banyak yang minta franchise di luar kota, tetapi saya belum siap karena kendala di bahan baku. Saya juga tidak mau mengurangi kualitas rasa, demi keuntungan sesaat, meski harga cabai terus naik, kata Rudi yang bisa meraup untung Rp. 20 juta per bulan.

Banyaknya cabang tak membuat Rudi kesulitan melakukan pengawasan, tinggal menghitung berapa jumlah tahu yang laku. Jadi saya enggak akan bisa dibohongi, tandas Rudi, untuk meyakinkan para mitranya dan calon mitra yang akan bergabung.